Friday, September 10, 2010

Mencintainya



aku mengenalnya jauh sebelum bertatap mata secara langsung..
tak terbersit hati untuk mencintainya karena waktu tidak pernah mengijinkan untuk mempertemukannya
sekilas pandang, tak ada senyum, tak ada kata hanya cukup mengenal nama
jangankan gereget sinyalpun saja tak tampak

ketika hari-hari berlari dengan gesit
saat waktu-waktu berlalu tanpa ada keputusan yang pasti
kala pagi datang menyerang petang menghadang
perlahan tersadar bahwa banyak hal yang telah terbuang

entah darimana hadirnya
entah awal mengucap doa
entah seperti apa luapan yang terasa
entah bagaimana hasilnya

tercenung sesaat, heran jika mengingat
tersenyum jika berharap, terharu setelah mengucap
tersadar bahwa aku telah memilikinya
hingga meyakini arti cinta yang tersirat





Sources:
1. http://www.artinthepicture.com/paintings/Vincent_van_Gogh/Starry-Night-over-the-Rhone/

Tuesday, September 7, 2010

Bingka Barandam di Bulan Puasa

Belum pernah terbayangkan sebelumnya bahwa saya akan menjalankan ibadah puasa tahun ini di negeri orang. Jauh dari suasana ramadhan dan gegap gempita para pemeluknya menyambut ibadah suci ini. Tidak ada spanduk besar terpampang di persimpangan jalan yang bertuliskan “Selamat Menjalankan Ibadah Puasa Ramadhan 1431 H”. Bahkan pusat-pusat perbelanjaan tidak menawarkan diskon khusus untuk bulan Ramadhan yang tinggal beberapa hari lagi, yang ada diskon pakaian untuk musim panas (summer) yang akan segera tergantikan dengan musim dingin (winter). 

Pasar wadai hanya ada di angan-angan, apalagi kue favorit saya, bingka barandam. Setiap saya membayangkan kue tersebut, setiap itu pula saya hanya bisa menelan ludah sendiri. Puasa di Eropa khususnya di Belanda memang sangat jauh dari suasana Ramadhan di Indonesia, apalagi suasana pasar wadai sebagai salah satu wisata kuliner terbesar di Kalimantan Selatan. Untuk membeli kue-pun, saya harus rela berlaku layaknya seorang detektif, sangat awas dalam mengamati ingredient (komposisi) makanan, apakah mengandung babi ataukah tidak.

Hari pertama puasa sungguh merupakan cobaan yang besar, tidak makan dan minum selama kurang lebih 16 jam, dari pukul 4.30 pagi hari sampai pukul 9.15 malam. Perut selalu bersuara ingin segera diberi makan dan tubuh terasa lemah tak berdaya. Seharian penuh hanya tergeletak di tempat tidur, berharap waktu berbuka segera tiba sambil membayangkan makanan-makanan favorit, soto banjar, nasi gambut dan sate kambing.

Pada hari itu pula, saya bersama seorang teman sekamar saya dari Kendari, Sulawesi Tenggara, tidak mengikuti perkuliahan alias bolos. Melihat kalender perkuliahan membuat hati sedikit kecut, bagaimana tidak??!! Waktunya lebaran tanggal 10 September nanti, waktunya kuliah. Tidak ada tanggal merah atau day offOh my God...... 

Keesokan harinya, beberapa teman Vietnam saya bertanya dengan nada setengah khawatir, mengapa saya harus rela berpuasa selama 30 hari? Apakah nanti saya tidak mati kelaparan? Mengapa hanya diperbolehkan makan dan minum setelah matahari terbenam? Pertanyaan-pertanyaan semacam itu juga seringkali terlontar jika saya menolak makanan yang diberikan teman-teman dari negara lain dengan jawaban, “No, I am fasting”. 

Alhamdulillah, sampai sekarang saya sudah terbiasa puasa lebih dari 15 jam dan salah satu berkah ramadhan di Belanda adalah mendapat undangan berbuka puasa bersama teman-teman Indonesia dan juga dari orang Indonesia yang sudah lama menjadi warga negara Belanda. Walaupun kue favorit saya tidak ada, yang penting bisa berkumpul dengan sesama muslim Indonesia dan mencicipi masakan nusantara paling tidak sudah bisa mengobati kerinduan akan tanah air. 

Penanda waktu berbuka  adalah suara adzan magrib dari komputer, hasil download gratis internet. Jangan berharap mendengarkan suara adzan dari masjid apalagi suara lantunan ayat-ayat suci al-qur’an yang dikumandangkan saat tadaruz tiba. Juga jangan berharap makan kue bingka barandam, kecuali hanya bisa dinikmati lewat laptop kesayangan. Oleh karena itu, sepulangnya ke tanah air, kue pertama yang akan saya makan adalah bingka barandam, satu loyang penuh...lezatt...


Photo sources:
1. http://www.fnetravel.com/travel_info/english/indonesia-info/banjarmasin.html
2. http://www.mediaindonesia.com/read/2009/08/08/92904/58/9/Pasar-Wadai-jadi-Wisata-Kuliner-Banjarmasin

Wednesday, September 1, 2010

Genetically Modified (GM) Food Controversies: Harmful or Helpful



We can only imagine the effects of the GM food because we do not have much information about their health risks or the risks of allergenic reactions to our body. Almost all of us are careless about what kind of food we consume because we seldom recognize what group of nutrition is needed for keeping health, such as vitamin, protein, carbohydrate, fat, etc. Moreover, GM products have been spreading in this century. Perhaps, it could replace natural products. GM food will bring controversial issues, which have advantages and disadvantages side-effects.

Some suggest that the disadvantages of GM food are negligible because scientists can arrange and avoid negative impact of this food. They can do it since just as they can create GM food and design GM food so as not to have bad effects. Also, this product will solve the world’s hunger for the future. Unfortunately for us, this point is not scientifically proven since there is little scientific study for it.

Those who argue that it is beneficial for economic values say that GM food promised to answer the crisis of comestibles. GM food can improve nutrition which is done by inserting new genes to plant or animal cell target. For example, rice does not provide naturally all the necessary nutrients for a healthy diet. Because of that, researchers have created “golden rice” containing a high amount of vitamin A. Moreover, they have added iron too in order to complete nutrition in one meal. Another example is producing crops which are resistant to pest. It will help farmers not to use chemical pesticides and to reduce their cost. For consumers, it may avoid toxin from pesticides because of potential health hazards.

This argument does have a point; however, there is inadequate safety testing technology to assess potential harm. The lack of data is due to some reasons, including the difficulty of safety evaluating crop. GM food is more complex and its composition varies according to differences in growth and agronomic condition. Also, insertion of genes into the genome can result in unpredictable effects, which need to be eliminated. This may lead to the development of unknown toxic or allergenic component which can not be analyzed exactly. Allergies are a major concern with GM food, especially if ingredients are not labeled in packaged food. In addition, in November 2008, a result of Greenpeace said that Monsanto Company who produced strain of transgenic maizena caused decreasing fertility in mice. Although GM peas seem to have no harmful effects on animals, that doesn’t mean they are safe for humans.

For all these reasons, it has now emerged that there are questions that must be answered by people who have responsibilities making GM food. How are we to proceed and to avoid causing unexpected effects on human health and the environment? To answer this, we need time and extensive research. We need more and better testing methods before creating GM food available for human consumption.


Photo sources:
1. http://geneticallymodifiedfoods.weebly.com/
2. http://hubpages.com/hub/Big-Concern-About-GMO-How-Can-Genetically-Modified-Food-Impact-Human-Health
 3. http://safeveg.com/?p=21